FGD Pariwisata Bima Raya: Mengubah Arah Bima dari Daerah Transit Menjadi Destinasi Unggulan

Kota Bima, 22 Oktober 2025.

Upaya mengangkat potensi wisata Bima Raya agar tak lagi sekadar menjadi daerah transit terus digalakkan. Hal ini tampak dari pelaksanaan Forum Group Discussion (FGD) Pariwisata Bima Raya yang digelar di Aula Maja Labo Dahu, Kantor Wali Kota Bima, Rabu (22/10/2024).

Kegiatan ini diinisiasi oleh PT Pelindo Bima bersama jajaran BUMN di wilayah Bima dan menggandeng Pemerintah Kota Bima, Pemerintah Kabupaten Bima, serta Pemerintah Kabupaten Dompu. FGD menghadirkan kolaborasi multipihak, mulai dari unsur akademisi, pelaku usaha wisata, hingga pemangku kepentingan lintas daerah.

FGD dibuka oleh Asisten I Setda Kota Bima, H. Alwi Yasin, M.AP, yang menekankan pentingnya sinergi lintas sektor untuk mengubah arah kebijakan pariwisata di kawasan timur NTB. “Kota Bima dan daerah sekitarnya memiliki potensi besar, baik wisata alam, bahari, maupun budaya. Kini saatnya kita beranjak dari paradigma transit menuju destinasi utama yang bernilai ekonomi dan berkelanjutan,” tegas Alwi Yasin.

Sebagai panelis utama, hadir Kadis Pariwisata Kota Bima, H. Soekarno, SH, Akademisi STIE Bima, Sri Ernawati, SE., MM, serta pelaku usaha Mandaru Trip & Dive, Yoga Purwa Nugroho. Diskusi berfokus pada strategi memperkuat daya tarik wisata Bima Raya, meningkatkan indeks kunjungan, serta mendorong peran aktif masyarakat dalam pengelolaan destinasi.  “Kita harus memperkuat identitas pariwisata Bima Raya melalui paket wisata tematik, promosi digital, dan peningkatan kapasitas pelaku wisata lokal,” ungkap Soekarno.

Sementara itu, Sri Ernawati menyoroti pentingnya sinergi antara dunia pendidikan dan industri wisata agar inovasi dan riset bisa menjadi dasar kebijakan yang berkelanjutan.

 “Kita perlu lebih optimal melakukan upaya kongkrit guna menggeser paradigma pariwisata Bima dari transit area menjadi destination area dengan memperkuat branding dan paket wisata tematik, seperti wisata bahari, budaya, dan petualangan,” timpal Sri Ernawati.

Adapun Yoga Purwa Nugroho, pelaku usaha wisata dari Mandaru Trip & Dive, menambahkan bahwa dukungan infrastruktur dan promosi terpadu menjadi kunci utama dalam menarik minat wisatawan domestik maupun mancanegara. Ia menekankan pentingnya kemasan paket perjalanan yang menarik dan terjangkau bagi semua kalangan. “Kita perlu membangun konsep perjalanan wisata yang aman, nyaman, murah, dan mudah dijangkau oleh setiap pengunjung yang datang ke Bima. Jika pengalaman wisata mereka positif, maka tingkat kunjungan akan meningkat secara alami dan berkelanjutan,” ujar Yoga.

Menurutnya, selain memperbaiki akses transportasi dan fasilitas pendukung, perlu juga ada inovasi dalam penawaran paket wisata tematik agar wisatawan memiliki lebih banyak alasan untuk tinggal lebih lama di Bima Raya.

Sementara itu, Kepala Cabang PT Pelindo Bima, Rio Dwi Susanto, menegaskan komitmen Pelindo untuk mendukung pengembangan sektor pariwisata melalui optimalisasi pelabuhan sebagai pintu gerbang wisata bahari. “Pelabuhan bukan hanya tempat bongkar muat, tapi juga gerbang ekonomi dan pariwisata. Kami siap bersinergi dengan pemerintah daerah untuk menjadikan Pelabuhan Bima sebagai entry point wisatawan ke destinasi unggulan di Bima Raya,” ujar Rio Dwi Susanto.

Rio menambahkan bahwa peningkatan infrastruktur pelabuhan dan fasilitas penunjang wisata laut akan menjadi katalis pertumbuhan ekonomi lokal.

FGD Pariwisata Bima Raya ini diharapkan melahirkan rekomendasi strategis dan kebijakan terpadu untuk memperkuat ekosistem pariwisata di kawasan timur NTB. Dengan dukungan BUMN, pemerintah, dan masyarakat, Bima Raya diyakini mampu bertransformasi menjadi destinasi wisata unggulan di wilayah timur Indonesia.