Buka FGD Pembangunan Kolam Retensi, Wakil Wali Kota : Proyek Ini Anugerah Bagi Kota Bima Wajib Kita Dukung
Wakil Wali Kota Bima, Feri Sofiyan, SH membuka acara Focus Group Discussion (FGD) Pembangunan Kolam Retensi Amahami dan Taman Ria National Urban Flood Resilience Program (NUFReP) Project Implementation Support Consultant, sebagai upaya mereduksi banjir di Kota Bima, bertempat di Aula Bappeda Kota Bima, pada Rabu (26/11/2025).
Acara Focus Group Discussion (FGD) Pembangunan Kolam Retensi Amahami dan Taman Ria tersebut dihadiri oleh PPK Perencanaan dan Program Balai Besar Wilayah Sungai Nusa Tenggara I, Made Mira Charisma, ST.M.Eng, PPK NUFReP, PPK Sungai dan Pantai I, Dinul Hidayat, Pelaksana PT. Agrinas Jaladri Nusantara (Persero) Jo PT. Sarana Bhuana Jaya, Kepala Bappeda, Plt. Kepala DLH, Camat Rasanae Barat, Sekcam Mpunda, Lurah Dara, Lurah Sadia, Lurah Manggemaci, Lurah Monggonao, TSBK, dan Relawan Kebencanaan.
Proyek National Urban Flood Resilience Program (NUFReP) yang dibiayai dari The World Bank (Bank Dunia) bekerjasama dengan Pemerintah Kota Bima dan Kementerian PU dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Balai Besar Wilayah Sungai Nusa Tenggara I ini untuk ketahanan pengendalian banjir di Kota Bima, dengan cakupan kegiatan meliputi pembangunan drainase primer sepanjang 14 KM yang tersebar pada 12 kelurahan dan 2 kolam Retensi yaitu di Taman Ria dan Amahami. Dengan dibangunnya 2 kolam retensi di Taman Ria dan Amahami diharapkan mampu mereduksi banjir.
Selain itu, Pemerintah Kota Bima melalui sentuhan APBD mendukung penuh proyek ketahanan infrastruktur perkotaan pengendalian banjir diluar kewenangan NUFReP dan JICA, baik untuk pembebasan lahan program penataan normalisasi sungai dan penataan drainase sekunder yang terintegrasi dengan drainase primer sebesar Rp. 2 miliar lebih tahun 2026.
Wakil Wali Kota Bima, Feri Sofiyan, SH, menyampaikan bahwa pembangunan kolam retensi bukan hanya berbicara pembangunan fisik semata, tetapi esensinya kedua kolam retensi di Taman Ria dan Amahami merupakan upaya penanggulangan banjir di Kota Bima.
Wakil Wali Kota menegaskan pembangunan kolam retensi menggunakan dua metode pendekatan, yaitu pendekatan struktural dengan menyiapkan pembangunan fisik dan pendekatan non struktural yang membutuhkan kesadaran bersama dari seluruh masyarakat untuk mendukung program ini, serta menjaga kelestarian lingkungan.
Feri Sofiyan menyebut, Kota Bima memiliki pengalaman cukup pahit yakni rentan terhadap banjir. Ia mengaku dengan letak geografis wilayah dikelilingi perbukitan, sejak 2006 hingga saat ini banjir terus mengancam kehidupan, akibatnya bukan saja kerugian material yang dialami, tetapi dampak sosial yang luar biasa sangat besar.
"Secara ekonomi dampaknya sangat besar, dan sekarang memasuki tahun 2026, artinya kita semua wajib tingkatkan kewaspadaan terhadap banjir ini. Ditambah lagi adanya siklus 10 tahunan, tentu kita semua selalu siaga dalam menghadapi segala kemungkinan yang terjadi," kata Feri Sofiyan saat membuka FGD Kolam Retensi.
Ia menambahkan bahwa Fokus FGD sangat strategis. Disamping berdiskusi menyamakan pandangan, juga harus memiliki pemahaman yang sama dalam rangka mendukung program ini.
"Camat, lurah dan seluruh masyarakat wajib hukumnya untuk memberikan dukungan kepada pelaksana proyek di lapangan. Karena proyek ini tidak menggunakan APBD, tetapi kue pembangunan ini tidak semua kabupaten/kota mendapatkannya, di Indonesia hanya ada 6 kota, salah satunya Kota Bima. Ini adalah anugerah bagi Kota Bima yang wajib kita dukung penuh," pungkas Feri Sofiyan.