HM Lutfi : Tidak Mudah Menjahit Kebhinekaan di Era Kekinian

"Tidak heran kalau orang Bima bisa berinteraksi dimanapun berada, entah di Sumatera, di tanah Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Papua dan lain-lainnya. Karena orang Bima punya akar sejarah yang panjang," ujar H. Muhammad Lutfi.

Hal itu disampaikan Wali Kota Bima saat menghadiri acara Warna-warni Kemerdekaan di Kota Bima dalam rangka memeriahkan Hari Kemerdekaan Ke 78 Republik Indonesia yang di ikuti oleh sejumlah paguyuban yang ada di Kota Bima. Sabtu, 19 Agustus 2023.

Wali Kota Bima hadir didampingi Staf Ahli Wali Kota, para Asisten, Kepala Perangkat Daerah, Camat dan Lurah di Destinasi Pantai Lawata tersebut menuturkan, kita bisa melihat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Bima, kita telah menggunakan budaya yang mengalami alkulturasi. Hal itu bisa dilihat dengan baju pengantin keluarga dari Sulawesi Selatan yakni "Baju Bodo".

Menurut HM Lutfi, hal itu menandakan bahwa begitu besar alkulturasi yang ada di Kota Bima. Artinya, dari masa kesultanan sampai hari ini orang Bima sangat menghargai adanya keberagaman, baik suku dan agama tidak mengalami satu perbedaan. Ini merupakan satu kekayaan yang luar biasa. Ini harus dijaga dan dirawat sebagai warisan orang Bima.

"Kita harus bangga menjadi orang Indonesia yang ada miniatur di Kota Bima. Dimana hidup berbagai suku bangsa, ada keluarga kita dari Minangkabau, Bali, Lombok, Jawa, NTT, Sulawesi, semuanya hidup berdampingan dalam bingkai negara kesatuan Republik Indonesia," ungkapnya.

HM Lutfi menambahkan, apalagi kita negara kepulauan, bukan kontinental. Ini harus ada nilai-nilai saling menghargai. Makanya arti kemerdekaan itu harus diresapi dalam-dalam oleh kita semua. Jelasnya.

Kemerdekaan itu sesungguhnya adalah melekat didalam tindakan kita untuk menghargai kebebasan seseorang yang tidak mencederai orang lain.

"Kalau kemerdekaan itu telah mencederai orang lain, maka kemerdekaan itu telah disalah artikan. Karena kemerdekaan itu hakikatnya hidup berdampingan," imbuhnya.

"Dalam Islam ada namanya piagam madinah, dimanapun ada agama lain sama menafsirkan kemerdekaan itu seperti memberikan ruang kepada siapapun untuk berekspresi tanpa mencederai orang lain," tutupnya.