Jalan Tani Jadi Aliran Sungai Baru, Air Hujan Meluncur Deras Menuju Sungai
Musim hujan telah tiba. Di Bima, hujan bukan lagi soal anugerah, namun juga bergandengan dengan musibah. Hal ini bukan perkara soal hujan, namun juga pengawasan yang terlampau longgar. Baik hutan lindung dan konservasi sebagian besarnya telah beralih fungsi. Akibatnya, dampaknya bukan saja kekeringan saat musim kemarau, namun banjir dikala musim hujan menghantam sehingga membawa kecemasan dan duka bagi masyarakat di kawasan hilir.
Dalam keterangannya, Badan Penaggulangan Bencana Daerah Kota Bima melalui Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik (Darlog), Nazamuddin, S.Sos mengatakan, dulu terdapat ratusan sungai diatas hutan dan gunung yang berfungsi sebagai pemecah laju air menuju daerah sungai dan pemukiman warga. Sehingga, meskipun curah hujan dengan intensitas tinggi, tetapi kecepatan air tetap terjaga menuju daerah sungai dan pemukiman penduduk.
Menurutnya, kondisi saat ini diperparah dengan meningkatnya pembukaan jalan ekonomi/jalan tani, sehingga merubah alur air. Pada musim hujan, jalan ekonomi ini berubah dan beralih fungsi menjadi jalur dan sungai baru, serta mempercepat laju air menuju daerah sungai dan membawa sedimen dan lumpur.
"Contohnya di Lanco Gajah Jatibaru Barat, Lampe, Dodu, sebelah timur PT Tukad Mas, bahkan sepanjang jalan menuju Kolo setiap musim hujan akses jalan pasti tertutup lumpur, sedimen dan bebatuan memenuhi jalan raya tak terhindarkan," ungkap Kabid Darlog BPBD pada Rakor penanganan pasca bencana banjir yang terjadi pada minggu malam (08/11), di Aula Parenta Pemkot Bima, Senin (10/11) pagi.
Crizna sapaannya menyebut bahwa kondisi ini harus berani kita sampaikan sesuai realita dilapangan. Sehingga kita semua berharap akan menjadi arah kebijakan yang terukur bagi pimpinan daerah dalam rangka melindungi kawasan hutan dari setiap ancaman bencana.
"Pilihannya sederhana, kita harus punya keberanian untuk mengambil langkah penyelamatan alam atau kita terkubur dalam bencana," ujarnya.
"Mari kita kembalikan warna hijau di tanah kelahiran kita sebelum Bima tenggelam, sebelum anak cucu kita hanya mengenal hutan dari cerita, mari kita bertindak. Sebab, waktu untuk penyesalan selalu datang terlambat," pungkas Nazamuddin.