Kolam Retensi Taman Ria dan Amahami Segera Dibangun, PPK Perencanaan BBWS NT I Apresiasi Pemkot Bima
Program ketahanan banjir perkotaan melalui National Urban Flood Resilience Program (NUFReP) kini memasuki tahap 2 setelah pembangunan drainase primer yang tersebar pada 12 kelurahan di Kota Bima dengan total sepanjang 14 KM.
Seperti diketahui, Kota Bima merupakan wilayah dengan topografi perbukitan menyerupai sebuah mangkok yang mengelilingi daerah yang menginjak usia 23 tahun ini sejak dimekarkan dari daerah induk Kabupaten Bima, sehingga menyebabkan air hujan mengalir dengan cepat menuju dataran rendah dan meningkatkan risiko banjir bandang.
Selain itu, drainase yang terbatas, kapasitas saluran air di Kota Bima tidak mampu menampung volume runoff yang besar, memperparah genangan dan aliran permukaan. Hal ini dipicu oleh beragam faktor, pertama faktor lingkungan, deforestasi penurunan tutupan hutan di daerah tangkapan air menyebabkan berkurangnya kapasitas tanah untuk menyerap air hujan dan mempercepat aliran ke sungai.
Selain itu, erosi dan sedimentasi erosi lereng di daerah perbukitan menyebabkan akumulasi sedimen di sungai, mengurangi kapasitas alirannya dan meningkatkan risiko banjir. Tidak hanya itu, sedimentasi sungai dapat menyumbat aliran air, memperburuk kondisi banjir saat curah hujan tinggi.
Pengelolaan sampah yang tidak terkelola dengan baik juga dapat menyumbat saluran drainase dan memperburuk kondisi banjir. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Bima terus melakukan upaya serius dalam pengelolaan sampah, penambahan armada angkutan, penambahan kontainer sampah, hingga menambah jadwal pengangkutan sampah terus dioptimalkan.
Dalam keterangannya, PPK Perencanaan dan Program Balai Besar Wilayah Sungai Nusa Tenggara I, Made Mira Charisma, ST.M.Eng menyampaikan bahwa saat ini BBWS NT 1 tengah mempersiapkan pekerjaan tahap 2 setelah pembangunan drainase primer.
Mira menjelaskan bahwa pembangunan kolam retensi saat ini tengah dalam proses lelang untuk menentukan pihak ketiga sebagai pelaksana pembangunan kolam retensi yang tersebar pada 2 lokasi yaitu di Taman Ria dan Amahami.
Ia menyebut untuk kolam retensi di Amahami berada di Kelurahan Dara yang berdekatan dengan drainase primer Amahami. Termasuk luapan air yang selama ini menggenangi ruas jalan sebelah timur Terminal Dara akan dialirkan melalui drainase primer menuju kolam retensi Amahami. Sementara itu, kolam retensi di Taman Ria juga akan terintegrasi dengan drainase primer yang saat ini terus berproses.
"Dengan updating informasi desain kolam retensi tahun 2022, kemudian disesuaikan melalui kegiatan review desain, semula luas kolam retensi Amahami 0.561 Ha dengan kapasitas tampung eksisting kondisi alami sebesar 14.125 m3 menjadi 1.6 Ha dengan kapasitas tampung 39.150 m3," kata Mira sapaan PPK Perencanaan dan Program BBWS NT I pada acara FGD Kolam Retensi di Aula Bappeda Kota Bima, Rabu (26/11).
Ia menambahkan, sementara untuk kolam retensi Taman Ria berada pada hulu drainase Monggonao-Pane-Salama. Kolam retensi Taman Ria awalnya merupakan taman kota berbentuk cekungan, namun akibat dari belum terjamah oleh konsep konstruksi berbasis reduksi banjir sehingga fungsi reduksi belum bisa dimaksimalkan.
"Untuk kolam retensi Taman Ria yang telah disesuaikan dan dioptimalkan melalui review desain 2024 dengan data teknis kolam seluas 1.1 Ha dengan kapasitas full 37.616 m3. Kolam retensi ini diharapkan mampu mereduksi banjir pada kelurahan Pane-Salama dengan kala ulang Q25 tahun selama 6 jam," ujarnya.
PPK Perencanaan dan Program BBWS NT I juga mengapresiasi langkah dan komitmen Pemerintah Kota Bima yang telah menyiapkan anggaran melalui sentuhan APBD tahun 2026 untuk penataan drainase sekunder diluar kewenangan BBWS NT I.
"Saya sangat senang mendengar ini, hal ini pun yang diharapkan oleh Bank Dunia. Terimakasih pak Wali dan Pak Wakil dan jajaran Pemkot Bima. Saya punya mimpi semoga setelah ini selesai Kota Bima terbebas dari ancaman banjir," pungkasnya.